Di suatu daerah kawasan jawa tengah, hiduplah seorang Kyai yang
merupakan transmigran dari pulau lain, beliau hidup di sebuah pondok yang
notabennya sangat tersembunyi dan sangat terpencil dari kawasan kota tersebut.
Di sana selain menjadi seorang guru ngaji, beliau juga menuntut
ilmu di salah satu Universitas yang ternama di kota tersebut, beliau hidup
layaknya seperti mahasiswa yang lain dalam lingkungan perkuliahan.
Tapi berbeda halnya jika beliau hidup di likungan pondoknya, bisa
di katakan hidup beliau lain dari guru-guru ngaji yang mengajar di pondok
tersebut( mungkin karna ingin beda dari yang lain kali ya….hehehe ),
keseharian beliau di pondok kurang lebih seperti ini, pagi : sarapan dan
bersiap untuk kuliah, sehabis kuliah beliau langsung membuka laptopnya, ( hayo
apa yang di kerjakan seorang mahasiswa jika membuka laptop ??? ), mungkin
rata-rata jawaban pembaca adalah untuk membuat tugas yang di berikan Dosen kan……….hehe,
dan jawaban itu adalah jawaban yang salah, andai pembaca ketahui, beliau
membuka laptop hanya untuk bermain game online…….hehe, itulah mengapa
saya katakan hidup beliau lain dari guru-guru yang mengajar di pondok tersebut,
dan kegiatan main game online itu beliau lakukan selama beliau tidak merasa
ngantuk ( kecuali pada saat ngaji tentunya….. hehehhe).
Selain tingkah beliau yang konyol itu, beliau sangat ahli dalam
membaca kitab, khususnya pada ilmu Nahwu, sampai-sampai banyak orang yang tidak
menduga tentang keahlian beliau itu.
Setelah beliau menginjak semester 3, datanglah seorang pemuda dari
kota lain untuk berguru di pondok tersebut, waktu terus berjalan dan akhirnya
seorang pemuda tersebut mengenal seorang Kyai yang cukup konyol itu, mereka
sering ngobrol bersama (biasa anak pondok), hingga suatu saat seorang Kyai itu
mengetahui bahwa seorang pemuda yang baru datang itu adalah seorang pendekar
dari kelompok pesilat yang cukup tersohor, awalnya seorang Kyai dan Seorang
Pendekar ini kurang erat hubungannya (mungkin karna persaingan kali ya….hehehhe),
tapi karna sifat kedewasaan akhirnya seorang Kyai dengan seorang Pendekar itu
sepakat untuk membangun pondok yang mereka tempati bersama-sama.
Kyai tersebut menjadi guru ngaji seperti biasanya, dan seorang
Pendekar itu mendapat tugas untuk mengamalkan ilmu persilatan yang Ia punya
untuk menjaga para santri dari keadaan yang tidak di inginkan, banyak santri
yang antusias dengan kegiatan yang baru itu ( persilatan ), dan kekompakan
seorang Kyai dan seorang Pendekar ini bertahan hingga waktu yang tidak di
ketahui ( hanya Tuhan yang tau kapan kita akan berpisah ).
Dari cerita ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa latar
belakang yang berbeda tidak menjadi masalah dalam menjalin kerukunan dan
kekompakan, semoga dengan adanya cerita ini, kita dapat selalu bersatu, seperti
semboyan Negara kita yaitu “ BHINEKA TUNGGAL IKA” yang artinya walaupun
berbeda-beda tapi tetap satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar