Andai pembaca
ketahui di dunia ini tidak hanya ada “pertemuan” tapi di dunia ini juga ada
yang namanya perpisahan.
Sebelum kita
bahas lebih jauh tentang masalah perpisahan ini, mari kita bahas dahulu arti
dari kata perpisahan itu.
Perpisahan adalah
keadaan di mana orang yang dekat atau orang yang kita sayangi pergi
meninggalkan kita, memang cukup sulit untuk kita dalam menerima keadaan
(perpisahan) ini, akan tetapi siap atau tidak siap kita harus siap menerima
atau menjalani keadaan tersebut.
Sesuai dengan
peribahasa “pertemuan awal dari
perpisahan”, dalam peribahasa tersebut, kita di tuntut untuk mudah menerima
seseorang dan mudah melepasnya pula, efek dari perpisahan ini tergantung
individu yang menjalankannya, seperti contoh, di dalam acara berita di televisi,
banyak kita jumpai orang yang bunuh diri karena patah hati atau putus cinta.
Patah hati atau
putus cinta adalah salah satu wujud dari perpisahan. Dalam hal ini, keadaan
psikologis individu yang melakukan prilaku tersebut sedang “lemah”, keadaan
psikologi yang lemah dapat menimbulkan trauma yang cukup berat, khususnya terhadap
hubungan asmara tersebut, trauma tersebut mendorong atau mensugesti individu
tersebut untuk melakukan hal-hal yang bisa melupakan atau menghilangkan
kejadian itu ( patah hati atau putus cinta ) dari dalam
dirinya.
Trauma tersebut
muncul dari bawah alam sadar, dan menurut Sigmund Freud “kehidupan manusia
80% di pengaruhi oleh ego atau alam bawah sadar manusia
tersebut” walaupun alam bawah sadar tidak tampak secara nyata, tapi di situlah
tempatnya berkumpulnya konflik-konflik kehhidupan manusia.
Untuk menetralkan
alam bawah sadar kita, kita bisa melakukan beberapa hal, salah satunya adalah
dengan cara beribadah yang sungguh-sungguh (khusyuk), di dalam beribadah yang
khusyuk kita akan menemukan kedamaian dari dalam diri kita, karna secara sadar
atau tidak sadar, alam bawah sadar kita terhubung dengan Tuhan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar